-->

Pengembangan Kewirausahaan Kerajinan Tangan dari Rotan dan Lilis Lamiang

Foto Penulis | Sri K. 

Oleh : Sri Kartika, Jurusan Sosiologi, FISIP UPR


Abstract


This article aims to develop the potential of the community in running a business in the midst of the current Covid-19 pandemic. Alternative businesses that carry ethnic or natural nuances, for example rattan handicrafts, key chains, t-shirts, Garanuhing, and Lilis Lamiang, seem to be taking a place in the hearts of the people again. Handicrafts such as rattan and Lilis Lamiang do have their own market, it's just that now the market is just developing. This handicraft-related business has flexibility depending on the product produced. Not only targeting the younger generation, fathers and mothers have also started to look at rattan and Lilis Lamiang products and include them in their daily lives. This business was started by a husband and wife who are in the village of Upon Batu, Central Kalimantan. They market it by utilizing the social media system and market it as a typical souvenir from a village that has a peak tourism, namely Puruk Tamanggung Amai Rawang. The results showed how enthusiastic they were in building a handicraft business and it was very much in demand.


Keywords: Handicrafts, Covid-19


I. PENDAHULUAN

Sejak saat dilanda kasus penyebaran virus Covid-19, warga sangat meresahkan akan berdampak pada masalah perekonomian karena adanya peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang pembatasan aktivitas baik dalam bentuk usaha, pendidikan, maupun tempat hiburan dan lain sebagainya yang menimbulkan kerumunan.


Ibu Yelita beserta suaminya Bapak Margo berinisiatif untuk memulai usaha kecil-kecilan yang berbahan dasar rotan, Garanuhing dan Lilis Lamiang yang dijadikan sebagai oleh-oleh atau bingkisan yang dapat dibawa dalam keseharian dari desa wisata Desa Upon Batu. Seperti banyak produk kerajianan lainnya, salah satunya adalah rotan yang memiliki hasil akhir yang cukup eksotis. Oleh karena itu, produk yang satu ini berminat untuk dipasarkan dengan cukup luas karena mengingat kerajinan yang satu ini sangat diminati saat ini.


Selain dapat memberikan keuntungan, produk rotan, Garanuhing dan Lilis Lamiang juga dipilih karena estetikanya kental dengan nuansa budaya. Bu Yelita beserta suami dan tiga orang anaknya dibilang mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi, baik bagi para pengunjung maupun oleh masyarakat sekitar. Proses pengerjaannya secara rumahan, sehingga cenderung lebih sulit dibuat dibanding produk-produk lainnya yang menggunakan mesin dan alat serta tempat yang sangat memadai. Kerajinan tangan ini mudah mengundang decak kagum ketika dipamerkan atau dipajang di etalase.


Baca juga :

Keranda Dibawa Mahasiswa, Apa yang Mati?


Untuk alasan yang sama, kebanyakan orang juga tidak keberatan untuk membayar produk yang dibuat dengan harga yang lumayan tinggi jika dibandingkan dengan produk yang lainnya. Mereka memanfaatkan apresiasi yang tinggi dengan melakukan branding bahwa produk ini dapat dipasarkan sepenuhnya yang dibuat dengan tangan sendiri.


II. METODOLOGI PENELITIAN

Metode ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data yang dilakukan berupa observasi lapangan terhadap pengembangan kewirausahaan kerajinan tangan dari rotan dan Lilis Lamiang. Kemudian wawancara, yang dilakukan terhadap pelaku usaha untuk mengetahui lebih dalam mengenai usaha yang sedang dijalankan. Serta pengumpulan data sekunder, sebagai pendukung data dalam menguatkan hasil penelitian data terkait teori maupun analisisnya.


Penelitian ini dilakukan di Desa Upon Batu, Kecamatan Tewah, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Pemilihan lokasi ini terjadi karena adanya ketertarikan dengan usaha yang sedang dijalankan serta wisata yang dapat dikunjungi.


III. PEMBAHASAN

A. Teori Interaksi Simbolik


Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa makna diciptakan melalui interaksi dan dimodifikasi melalui interpretasi. Teori ini juga mengasumsikan bahwa bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya tergantung pada makna yang diberikan oleh manusia lainnya. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi tanpa adanya makna yang dibagikan. Kita akan mudah berkomunikasi dengan mereka yang memiliki kesamaan bahasa dengan kita dibandingkan dengan jika kita berkomunikasi dengan mereka yang tidak memiliki kesamaan bahasa dengan kita.


B. Cara Pandang George Herbert Mead (Mind, Self and Society Teori: From The Standpoint of A Social Behavioris)


Interaksi simbolik adalah teori yang dibangun sebagai respon terhadap teori-teori psikologi aliran behaviorisme, behaviorisme, etnologi, serta struktural-fungsionalis. Teori ini sejatinya dikembangkan dalam bidang psikologi sosial dan sosiologi dan memiliki seperangkat premis tentang bagaimana seorang diri individu (self) dan masyarakat (society) didefinisikan melalui interaksi dengan orang lain dimana komunikasi dan partisipasi memegang peranan yang sangat penting. 


Teori interaksi simbolik mengasumsikan bahwa makna diciptakan melalui interaksi dan dimodifikasi melalui interpretasi. Teori ini juga mengasumsikan bahwa bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia lainnya tergantung pada makna yang diberikan oleh manusia lainnya. Komunikasi yang efektif tidak akan terjadi tanpa adanya makna yang dibagikan. Kita akan mudah berkomunikasi dengan mereka yang memiliki kesamaan bahasa dengan kita dibandingkan dengan jika kita berkomunikasi dengan mereka yang tidak memiliki kesamaan bahasa dengan kita. 


George Herbert Mead menjelaskan bahwa manusia termotivasi untuk bertindak berdasarkan pemaknaan yang mereka berikan kepada orang lain, benda, dan kejadian. Pemaknaan ini diciptakan melalui bahasa yang digunakan oleh manusia ketika berkomunikasi dengan pihak lain yakni dalam konteks komunikasi antarpribadi atau komunikasi interpersonal dan komunikasi intrapersonal atau self-talk atau dalam ranah pemikiran pribadi mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi memungkinkan manusia mengembangkan sense of self dan untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam suatu masyarakat. 


Dari pemahamannya bahwa teori interaksi simbolik atau interaksionisme simbolik dibangun berdasarkan asumsi ontologi yang menyatakan bahwa realitas dibentuk secara sosial. Apa yang kita yakini benar didasarkan atas bagaimana kita dan orang lain berbicara tentang apa yang kita percaya untuk menjadi benar itu sendiri. 


Menurut Bu Yelita (58) usaha yang dijalankannya saat ini sangat berjalan dengan baik. Usaha ini dimulai sejak tanggal 14 September 2020. Beliau memulai usahanya diiringi dengan penjualan kebutuhan pokok seperti sembako dan BBM. Beliau memulai usaha ini dengan dibantu oleh suami Pak Margo (56) dan tiga orang anak perempuannya. Pak Margo kesehariannya juga berprofesi sebagai seorang petani dan beliau juga menjadi bagian dari perangkat desa, yaitu sebagai sekretaris desa.


Di masa pandemi seperti ini Bu Yelita mengatakan bahwa dalam pembuatan kerajinan tangan ini tetap harus mengikuti protokol kesehatan, seperti tetap harus memperhatikan masalah kesehatan. Karena juga mengingat desa itu merupakan salah satu tumpat tujuan wisata banyak orang, beliau sangat teliti dalam memperhatikan masalah kesehatan pengunjung seperti memeriksa tekanan suhu tubuh serta tetap mengingatkan untuk tetap menggunakan masker dan menjaga jarak.


Tidak hanya kerajinan tangan yang terbuat dari rotan saja, beliau juga merangkai kalung yang terbuat dari Lilis Lamiang dengan susunan warna dan bentuk yang sangat cantik. Kerajinan Lilis Lamiang juga sangat banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat, apalagi disuguhkan dalam bentuk dan varian yang berbeda. Lilis Lamiang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi dan menjadi salah satu perhiasan yang sangat antik. Selain Lilin Lamiang, juga ada perhiasan zaman dahulu yang dikenal sebagai Garanuhing, benda yang berbentuk bulat yang menimbulkan bunyi gemerincing. Namun kerajinan yang lebih dominan adalah rotan dan Lilis Lamiang.


 Garanuhing merupakan salah satu pernak pernik yang disediakan oleh beliau, namun Garanuhing sendiri saat ini sangat sulit untuk ditemukan keberadaannya karena keterbatasan orang yang memiliki benda tersebut. Ada saja yang bisa memproduksi benda tersebut, namun bahan dan hasil produksi tidak berbentuk seperti Garanuhing yang asli serta harganya juga relatif lebih murah dari harga yang asli.


 

Sumber : Dokumentasi penelitian, Desember 2020


Beliau membangun usaha kerajinan ini karena terinspirasi dari berbagai media yang memperlihatkan keindahan kerajinan tangan yang diproduksi serupa. Dengan alat yang cukup memadai dan bermodalkan keterampilan serta niat yang kuat, beliau berhasil memasarkan hasil kerajinannya tersebut pada masyarakat sekitar dan untuk para pengunjung wisata setempat. Beliau bangga dengan prestasi yang dimiliki dalam membentuk sebuah peluang usaha. Meskipun berada dalam usia yang dikatakan tidak muda lagi, beliau tetap semangat dalam menjalankan usaha bisnis kerajinan tangannya tersebut dan ingin mengembangkan hasil kerajinan tangan tersebut ke beberapa daerah. Beliau juga berharap untuk mendapat perhatian dari pemerintah setempat atas apresiasi yang ia capai saat ini, agar pemerintah setempat dapat membantu dalam akses pemasaran kerajinan tersebut, seperti mendapat stand untuk pameran jika ada acara pergelaran seni.


Tempat beliau banyak dikunjungi karena letak rumahnya yang berpapasan dengan jembatan penyebrangan, sehingga memudahkan pengunjung untuk langsung dapat melihat dan melirik hasil kerajinan tangan yang dipasarkan. Desa ini banyak dikunjungi karena memiliki tempat wisata yang terbilang cukup menarik dan merupakan bagian wisata yang banyak diminati karena pemandangannya yang sangat indah dengan suasana perkampungan yang masih lekat dengan budaya tradisi serta adat-istiadat.


Baca juga :

Ucok Irawan : "KPUM adalah salah satu organisasi kemahasiswaan"


Selain untuk menambah biaya ekonomi, usaha kerajinan tangan ini bertujuan untuk dijadikan sebuah oleh-oleh, yang menandakan bahwa seseorang tersebut pernah berkunjung ke tempat tersebut. Dengan ciri khasnya, pernak pernik itu bertuliskan Batu Suli yang dijahit menggunakan bahan manik-manik, yang merupakan salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi serta letaknya yang dekat dengan permukiman warga. Tempat ini tetap banyak dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai daerah. Ada juga yang datang dari jauh, semata untuk menikmati keindahan alam tersebut. Meskipun dalam kondisi pandemi seperti ini, namun para pengunjung tetap antusias untuk datang ketempat wisata tersebut. 

 

Sumber : Dokumentasi penelitian, Desember 2020


IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang saya lakukan, dapat disimpulkan bahwa interaksi sangat diperlukan di dalam kehidupan bermasyarakat melalui pikiran (mind) dan diri (self). Karena secara alami semua itu akan membangunkan kesadaran antar sesama manusia. 


Jika ditelusuri, selain untuk membantu menambah biaya kelangsungan hidup, kegiatan usaha yang di lakukan oleh keluarga Ibu Yelita juga berperan penting dalam melestarikan budaya serta dapat menambahkan wawasan dan memberikan motivasi untuk membangkitkan jiwa usaha yang tinggi bagi kaum muda-mudi pada saat ini. Tindakan yang dilakukan beliau perlu di akui dan diacungkan jempol, karena pada usianya yang sudah menginjak 59 tahun dan terbilang cukup tua, namun semangat berwirausaha yang ditunjukan oleh beliau patut untuk dicontohi.


Meskipun daerah tersebut merupakan daerah yang minim jaringan internet, namun tidak mematahkan semangatnya untuk tetap terus berkarya dengan sepenuh hati. Dengan mengumpulkan hasil dari pemasaran kerajinan tangan tersebut, beliau dapat menabung sedikit demi sedikit untuk masa depan hari tuanya nanti karena mengingat ketiga anaknya yang akan memiliki rumah tangganya masing-masing. Setidaknya beliau dapat menyisihkan sedikit untuk tabungan dan sisanya untuk keperluan bahan kerajinan yang baru.


Beliau berharap mendapat perhatian dari pemerintah setempat atas karya yang telah ia ciptakan, terutama Dewan Kerajinan Nasional Daerah setempat. Meskipun sebagian terbilang dalam harga yang cukup murah, namun beliau tetap semangat dalam merangkai sebuah rotan dan bahan lainnya agar menjadi sebuah karya seni yang sangat cantik dan membuahkan hasil.


Beliau juga berpesan untuk saya yang berkunjung melakukan penelitian dengan mengatakan beberapa patah kata. Beliau mengatakan bahwa ketika ingin memulai usaha, mulailah dari usaha yang di anggap mampu kita kuasai dan mampu kita kembangkan, walaupun dengan dana yang terbilang jauh dari kata nominal yang sangat tinggi namun mampu untuk tetap bisa menanamkan modal kembali. Meskipun kadang hasil yang kita dapatkan tidak sesuai harapan, namun kita tidak boleh untuk patah semangat dalam membangun sebuah usaha. 


SARAN

Saran saya dalam artikel ini, saya berharap kepada masyarakat dan pemerintah untuk memperhatikan potensi yang dimiliki oleh orang-orang yang memiliki keterampilan seperti ini. Untuk pemerintah, agar dapat memfasilitasi dan membantu untuk memberikan bahan dasar agar dapat menambah semangat kerja bagi para pengusaha daerah seperti ini, serta memberikan semangat dan dukungan agar tetap terjaga keeksistensiannya. Karena dengan dukungan tersebut sekiranya dapat lebih perduli lagi dengan masalah pengembangan kewirausahaan tersebut. 


Untuk masyarakat, mari kita saling berbenah dan saling mengajak saudara-saudaranya untuk mencintai budaya kearifan lokal dengan kerajinan-kerajinan tangan yang diciptakan oleh masyarakat. Supaya bisa saling membantu dalam proses pengembangan keterampilan yang dimaksud, agar dapat dikenal secara luas oleh masyarakat yang lain, bahkan dari luar pulau sekalipun. 


Baca juga :

Sambut Mahasiswa Baru, PMK UPR Adakan Ibadah Penyambutan


DAFTAR PUSTAKA

Rusmanto, Joni dan Ester Sonya Ulfaritha. 2017. Anotomi Teori Sosial Kontemporer Edisi 1. Surabaya: Penerbit Pustakan Saga.

Ambar, (22 Mei 2017) “Teori Interaksi Simbolik, Konsep, Asumsi, Kritik”. Diakses pada tanggal 3 Januari 2021

(https://pakarkomunikasi.com/teor i-interaksi-simbolik),

Ajar, Pamungkas. 17 Februari 2020. “Kerajinan Rotan, Lini Bisnis Konvensional yang Kembali Mencuri Perhatian” . Diakses pada 3 Januari 2021

https://majoo.id/blog/detail/kerajinan-rotan-lini-bisnis-konvensional-yang-kembali-mencuri-perhatian

Berdasarkan hasil wawancara langsung:

Yelita, dan Margo. 2020. Pengembangan Kewirausahaan Kerajinan Tangan dari  Rotan dan Lilis Lamiang. Upon Batu: 2020.

0 Response to "Pengembangan Kewirausahaan Kerajinan Tangan dari Rotan dan Lilis Lamiang"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel