-->

Penjahit Di Kabupaten Kapuas Kebanjiran Orderan Masker Dimasa Pandemi Covid-19

 

Foto Penulis | Wiro R.


Oleh :  Wiro Refortha, Mahasiswa Sosiologi, FISIP UPR


Kehadiran Pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19) telah mengubah tatanan dunia dalam waktu singkat. Barang kali juga tidak ada yang pernah membayangkan bahwa pandemi ini akan menyebabkan derita kemanusiaan yang begitu mendalam. Bahkan dalam waktu yang tidak lama, pandemi ini telah menyebar secara cepat dalam skala luas dan menimbulkan banyak korban jiwa.


Secara sosiologis, pandemi Covid-19 menyebabkan perubahan sosial yang tidak direncanakan. Artinya, perubahan sosial yang terjadi secara sporadic dan tidak dikehendaki kehadirannya oleh masyarakat. Akibatnya, ketidaksiapan masyarakat dalam menghadapi pandemi ini pada gilirannya telah menyebabkan disorganisasi sosial di segala aspek kehidupan masyarakat.


Lebih jauh, kondisi masyarakat yang belum siap menerima perubahan akibat pandemi Covid-19 tentu dapat menggoyahkan nilai dan norma sosial yang telah berkembang dan dianut oleh masyarakat selama ini. Jika dulu masyarakat sering berkumpul dan melakukan kegiatan Bersama-sama, sekarang masyarakat dibatasi karena adanya Covid-19 dan sekarang masyarakat  harus selalu memakai masker dan juga mencuci tangan demi menghindarkan diri dari Covid-19.


Dan saat dunia dilanda ketidakpastian seperti sekarang akibat pandemi, ada satu hal yang benar-benar terbukti yaitu Masker bisa mencegah penyebaran Covid-19. Studi terbaru dari Duke University memperkuat fakta tersebut, serta masukan tentang jenis masker yang paling efektif untuk menghalau tetesan air liur seseorang. 


Baca juga :

Menolak Lupa! Diskusi Terkait Gerakan Mahasiswa UPR


Sebenarnya bagaimana masker bisa jadi sarana pencegahan? Dokter spesialis paru Raed Dweik, MD, Chairman of Cleveland Clinic’s Respiratory institute, menjelaskan, apabila seseorang pembawa virus memakai masker kain, masker itu akan menghalangi sebagian besar tetesan pernapasan, yang menjadi tempat virus berada. Fungsi masker adalah mencegah tetesan air liur bergerak lebih dari beberapa meter. Maka dari itu ada anjuran untuk menjaga jarak setidaknya 1,8 - 2 meter. 


‘’Penyebaran virus menurun di daerah yang orang-orangnya memakai masker, dan resiko menurun empat sampai lima kali lipat di saat orang memakai masker dibandingkan ketika mereka tidak memakai masker”, kata Dweik


Masker tidak sekedar menghentikan penyebaran tetesan air liur atau droplet saat kita bernafas atau berbicara, melainkan juga menghalanginya bergerak lebih jauh saat kita bersin atau batuk. 


“Bersin atau batuk dapat menyemburkan tetesan pernafasan hingga 7,6-8 meter. Namun dengan memakai masker, kita dapat mengurangi semburan tetesan,” ujar Dweik. 


Hal ini tentunya membuat banyaknya permintaan masker, contohnya saja di tempat asal saya yaitu kabupaten Kapuas. Di Kuala Kapuas ternyata Covid-19 memberikan fenomena positif bagi penjahit di daerah tersebut, karena meningkatnya permintaan pembuatan masker. Seperti yang dirasakan oleh Amang Abid, salah seorang penjahit pakaian di Kawasan Jalan Barito Kota Kuala Kapuas, dalam beberapa bulan terakhir ini dia menerima banyak orderan masker dari sejumlah kalangan yang ada di daerah setempat. Padahal sebelumnya dia lebih sering menjahit pakaian tetapi karena pandemic ini dia mencoba membuat masker dan ternyata mendapat respon positif dengan meningkatnya orderan. 


“Alhamdulillah orderan pemesanan masker lumayan banyak sejak dimulainya wabah corona”, kata Amang Abid, di Kuala Kapuas


 Dalam sehari ia mampu membuat masker berbahan kain maksimal sebanyak 400 buah. Pesanan datang dari berbagai kalangan, seperti dari para penjual masker, perorangan maupun dari pihak rumah sakit setempat.


“Lumayan lah untuk pendapatan selama membuat masker pesanan orang ini, dibanding permak menjahit pakaian”, katanya. 


 Satu buah masker dibanderol dengan harga 6000 (Enam Ribu) Rupiah  perlembar. Selama beberapa bulan terakhir ini dia sudah membuat masker pesanan orang mencapai ribuan lembar. 


Sementara untuk bahan  baku membuat masker sendiri, ujarnya, seperti kain tidak lah sulit didapat dan sangat banyak. Hanya saja bahan karet untuk tali masker yang sulit didapat. 


“kalau kain, lita pesan dari Banjarmasin saja. Yang sulit bahan bakunya saat ini didapat karetnya mas”, kata Amang Abid


Ditambahkannya, untuk pembuatan masker berbahan kain sendiri, dalam Satu hari dibantu dua orang karyawannya mampu membuat sekitar 400 lembar masker.


“Pemesan masker ini, banyak orang dari warga kita lokal Kapuas. Untuk warga daerah luar Kapuas tidak ada,”ujarnya 


Sejak merebaknya virus corona atau Covid-19, masyarakat ramai memburu masker. Akibatnya stok masker di pasaran khususnya kota Kapuas menipis. Jika pun ada, harganya mahal.


Baca juga :

Quotes Ivan 


Beberapa saat yang lalu, untuk masker sendiri di pasaran baik yang dijual di apotek ataupun toko-toko penjual masker di Kabupaten Kapuas,mengalami kelangkaan dan sulit didapat. Masker kain buatan penjahit lokal seperti yang dibuat Amang Abid akhirnya menjadi solusi bagi masyarakat khususnya masyarakat Kapuas. 


Jika diperhatikan yang dilakukan oleh pembuat masker dalam hal ini Amang Abid adalah termasuk dalam “Teori Social Behavior: Its Elementary form” yang dikemukakan oleh George Homans. Yaitu adalah jenis penjelasan Intensional yang rasional-instrumental dan intensional yang rasionalitas bertujuan. Intensional yang rasional menyatakan bahwa tindakan itu dilakukan oleh setiap individu karena dipandang memiliki suatu tujuan yang dianggap rasional dan hanya individu itu sendiri yang dapat memberikan nilai terhadap tindakannya itu.


Sedangkan intensional yang rasional bertujuan bahwa suatu tindakan itu akan dilakukan karena memiliki sebuah tujuan yang menguntungkannya dari segi material dalam bentuk imbalan. Konsep ini disebut pendorong dan biasanya tindakan ini akan selalu dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang. 


Demikian juga sebaliknya, suatu tindakan itu tidak dilakukan apabila imbalan yang diharapkan itu sudah tidak ada lagi, sebagaimana yang diharapkan oleh individu yang melakukan kegiatan itu, sehingga interaksi pun akan berhenti di antara individu.


Seperti halnya Amang Abid yang dimasa pandemi ini lebih banyak menjahit dan menjual masker dibandingkan dengan menjahit pakaian seperti sebelumnya, tentu ini karena dia berpikir jika dia menjual masker dimasa pandemi ini akan memperoleh keuntungan material yang lumayan dibandingkan  hanya menjahit pakaian saja. Dan ini akan dilakukannya terus-menerus sampai pandemi berakhir dan permintaan masker sudah sangat berkurang, dan Amang Abid akan kembali fokus menjahit pakaian seperti sebelumnya.


Baca juga :

Bacot Doang! Mari Mulai Menulis


 kesimpulan dari cerita Amang Abid di atas yang bisa kita ambil adalah kita harus bisa cepat beradaptasi dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, supaya disaat kita ada dikondisi yang tidak diinginkan kita bisa bangkit dan bahkan bisa membuat kondisi yang dianggap buruk itu bisa menguntungkan bagi kita tentunya dengan mengembangkan skill-skill yang kita punya.


Sumber :

https://kalteng.antaranews.com/

https://lifestyle.kompas.com/read/2020/09/08/161758120/cara-gampang-cegah-penyebaran-covid-19-pakai-masker?page=all

0 Response to "Penjahit Di Kabupaten Kapuas Kebanjiran Orderan Masker Dimasa Pandemi Covid-19"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel