-->

BEM "Badan Event Mahasiswa"


Oleh    : Faisal A.

Editor : Yumero


Wah-wah... Jangan nge-gas dulu kak, mungkin kakak-kakak senior BEM merasa tersinggung dengan judul yang dimuat atas tulisan ini. Mungkin juga akan ada pembaca yang nyengar-nyengir atau bingung keheranan dengan judul diatas. Tidak salah lagi, tidak ada tujuan dari penulis untuk menghujat apalagi menggurui, namun hanya sedikit perenungan dan buah pikir dari penulis untuk kakak-kakak pejuang yang sekarang sedang berkutat di dalam lingkup Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Sebelum kita bahas lebih lanjut, baiknya kita mengetahui makna substansi dan sejarah BEM terlebih dulu ya kak.

Sebelum disebut dengan nomenklatur BEM, organisasi mahasiswa intrakampus di Indonesia dikenal sebagai Dewan Mahasiswa atau biasa disingkat Dema. Dema mulai dibentuk di universitas-universitas di Indonesia pada 1950-an. Kala itu, Dema menjadi wadah belajar berpolitik karena berfungsi sebagai student government.

Semangat untuk belajar berpolitik lebih mengemuka dibanding semangat untuk berpolitik praktis.

Menurut Adi Surya Culla dalam Patah Tumbuh Hilang Berganti: Sketsa Pergolakan Mahasiswa dalam Politik dan Sejarah Indonesia (1908-1998) (1999), umumnya mahasiswa di era itu melihat dirinya sebagai The Future Man, calon pengisi pos-pos birokrasi pemerintahan Indonesia yang baru dibangun. Kegiatan-kegiatan mahasiswa kebanyakan diisi kegiatan seperti piknik, olahraga, jurnalistik, dan klub belajar.

Sementara menurut Dody Rudianto dalam Gerakan Mahasiswa dalam Perspektif Perubahan Politik Nasional (2010), pengaruh politik mulai masuk ke dalam kehidupan mahasiswa melalui organisasi-organisasi ekstrakampus yang berebut menguasai Dema. Organisasi ekstrakampus di era Demokrasi Parlementer itu umumnya berbasis ideologi dan berafiliasi dengan partai politik.

Sebut saja misalnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berafiliasi pada gerakan Islam, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) yang berafiliasi dengan Partai Nasional Indonesia (PNI), Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI) yang berafiliasi dengan PKI, Perkumpulan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang berbasis Katolik, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII) yang dekat dengan NU, atau Gerakan Mahasiswa Sosialis (Gemsos) yang berafiliasi dengan Partai Sosialis Indonesia (PSI).

Sebagian besar organisasi-organisasi ekstrakampus ini membuka sekretariat terselubung di dalam kampus. Karena itu kehidupan berorganisasi di kampus layaknya miniatur perpolitikan negara. Dody Rudianto menulis, “Statement seorang Ketua Umum Dewan Mahasiswa yang dirilis pers (dimuat di berbagai media umum) mempunyai nilai politis, mendapat perhatian luas dari masyarakat maupun pejabat-pejabat pemerintah terkait dengan isu yang diangkat oleh seorang Ketua Dewan Mahasiswa tersebut."

Gerakan mahasiswa yang paling menonjol di era Dema tentu saja adalah demonstrasi-demonstrasi pasca-G30S. Gerakan itu efektif mempreteli kewibawaan politik Presiden Sukarno dan menjadi pemulus lahirnya Orde Baru. Sejak itu pula gerakan mahasiswa menjadi identik dengan gerakan politik.

Independensi politik mahasiswa kemudian menguat setelah tumbangnya Sukarno. Menurut Bambang Yuniarto dalam Pandangan dan Sikap Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia Terhadap Jalannya Reformasi (2016), pada masa awal Presiden Soeharto berkuasa, peran mahasiswa sebagai alat kontrol sosial dan kelompok penekan masih cukup kuat. Kritik utama mahasiswa terhadap Orde Baru terutama menyangkut kebijakan pembangunan yang timpang dan korupsi yang merajalela.

Orde Baru Soeharto lalu mulai lengah dengan protes-protes mahasiswa. Itulah awal mula pemberangusan suara-suara kritis di lingkungan kampus. Diawali dengan meletusnya Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) dan dilanjutkan Gerakan Mahasiswa 1977/1978 (Gema 77/78).

“Gerakan mahasiswa di tahun 1978 berkembang dari kritik dan protes mahasiswa yang mulai dirasakan menjelang pemilihan umum 1977 dilaksanakan. Sejumlah mahasiswa Bandung membentuk ‘Gerakan Anti Kebodohan’ (GAK) untuk melawan kecenderungan berbagai manipulasi yang dilakukan oleh pemerintah yang berkuasa," tulis Bambang Yuniarto.

Gerakan Mahasiswa memuncak saat perwakilan Dema se-Indonesia berkumpul di kampus Institut Teknologi Bandung pada Oktober 1977. Gerakan ini kemudian menelurkan Ikrar Mahasiswa yang dipublikasikan pada hari Sumpah Pemuda. Ikrar ini menjadi pembuka gerakan-gerakan protes sporadis di kampus-kampus dan meluaskan tuntutan lengsernya Soeharto.

Inilah yang menjadi tengara berakhirnya era Dewan Mahasiswa sebagai student government di kampus-kampus. Untuk meredam suara kritis dari kampus, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Surat Keputusan No. 0156/U/1978 yang dimaksudkan untuk “mengembalikan fungsi mahasiswa" sebagai kaum intelektual yang harus kembali pada tradisi keilmuan.

Kebijakan ini dikenal sebagai Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) yang berasal dari inisiatif Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Daoed Joesoef. Sejak itu, Dewan Mahasiswa di kampus-kampus dibubarkan. Sebagai gantinya adalah Senat Mahasiswa yang tidak lagi memiliki fungsi eksekutif dan paling tinggi hanya ada di tingkat fakultas.
(Sumber : Tirto.id)

Nah dari sejarah diatas,  bahwasanya perjalanan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bukan hanya berdasar pada Event-Event dan eksistensi pengurusnya semata ya kak, melainkan suatu pergerakan yang notabene akan menentukan arah langkah tujuan suatu bangsa melewati pemuda yang berafiliasi didalam nomenklatur '' Mahasiswa ".

 Jangan sampai istilah BEM berubah fungsi menjadi Badan Event mahasiswa, yang hanya mencari keuntungan (surplus) dari pendanaan event yang tak seberapa untuk masuk ke kantong pribadi atau menjadi Badan Eksistensi Mahasiswa yang hanya mencari ketenaran semata agar dilirik kaum elite politik atau menarik hati Juniornya untuk di eksploitasi.
Dan atau fungsi BEM hanyalah sebagai pelicin jalannya Birokrat (Rektor, Caleg, dsb) untuk tujuan tertentu yang membuat BEM menjadi "Masuk Angin". Jangan kayak gitu ya kakak-ku, semangat berorganisasi.

Bangkitlah untuk melawan, jangan terus tunduk untuk ditindas apalagi mundur sebagai pengkhianat.

Hidup Mahasiswa!!!

4 Responses to "BEM "Badan Event Mahasiswa""

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel