-->

Selesai “Membacot”, Mari Menulis



Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kata-kata yang berbobot dan membangkitkan semangat seperti yang diucapkan tokoh besar macam Bung Karno adalah sebuah esensi yang tak mungkin dibantah kebenarannya. Berkata-kata adalah salah satu cara yang digunakan demi menyampaikan kebenaran ataupun menyuarakan keinginan  baik secara pribadi maupun kelompok.

Yang patut kita ketahui bersama bahwa bung Karno selain mahir dalam lisan juga luar biasa dalam tulisan, ia adalah penulis adanya. Sedikit menonjok kepada pribadi penulis dan mahasiswa pada umumnya ini adalah sebuah “peringatan” agar kita bisa mengabdi kepada masyarakat melalui tulisan yang bermanfaat tentunya. Sebelum menulis sebaiknya banyak membaca terlebih dahulu, mari berkaca pada berita berikut…

“Berdasarkan hasil penelitian perpustakaan nasional tahun 2017 rata-rata orang Indonesia hanya membaca buku 3-4 kali per minggu, dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata hanya 30-59 menit. Sedangkan jumlah buku yang ditamatkan per tahun rata-rata hanya 5-9 buku. (Puan Maharani, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Jakarta, Gedung Perpustakaan Nasional Senin 26/3/2018 – Kompas.com edisi Senin 26 Maret 2018 - link).

Stauffer (Petty & Jensen, 1980) menganggap bahwa membaca, merupakan transmisi pikiran dalam kaitannya untuk menyalurkan ide atau gagasan. Selain itu, membaca dapat digunakan untuk membangun konsep, mengembangkan perbendaharaan kata, memberi pengetahuan, menambahkan proses pengayaan pribadi, mengembangkan intelektualitas, membantu mengerti dan memahami problem orang lain, mengembangkan konsep  diri dan sebagai suatu kesenangan. [Aji Septiaji/Kompasiana.com, 27 Desember 2017 – Keterampilan Berbahasa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia - link].

Dengan melihat kenyataan dan pernyataan diatas menurut sudut pandang penulis kemampuan public speaking sedikit banyaknya didapat melalui latihan dan membaca, membaca memiliki peran penting demi kemampuan berbicara di depan umum, apalagi ditambah latihan yang serius dan benar-benar diresapi. Tak dapat dibantah pengalaman dan seorang mentor juga berpengaruh serta ikut andil bagian. Namun langkah awalnya adalah membaca, membaca dan membaca.


Pentingya jago berbicara disertai lihai menulis

Penulis mengambil kata “Membacot” disini untuk diartikan sebagai orang-orang yang suka membaca buku sekaligus memiliki kemampuan public speaking yang bisa dikatakan mumpuni dan diakui orang-orang yang pernah menyaksikan penampilannya tersebut. Perlu ditekankan juga bahwa dua kata “Selesai Membacot” bukan berarti selesai dalam artian tamat, namun membacot harus terus berlanjut kendatipun keterampilan menulis nihil sama sekali.

Tujuan artikel ini dibuat untuk mengajak kita bersama berpikir bahwa selain harus menyampaikan kebenaran, keinginan, tujuan dengan berbicara juga harus menyampaikan itu semua dengan tulisan. Mari kita bersama-sama merenungi kata-kata bijak yang dilontarkan oleh Pramoedya Ananta Toer kepada siapa saja yang mestinya menyadari pentingnya hal itu (menulis). Kata-kata itu berbunyi seperti ini “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”



Ah, semestinya tidak usah banyak cingcong lagi setelah para insan sekalian membaca kutipan tokoh dalam dunia kepenulisan Indonesia itu. Seharusnya anda-anda segera bergegas mengambil alat tulis, mesin ketik, laptop, smartphone, batu, kayu, kertas, atau apapun yang sekiranya bisa menjadikan raga dan pikiran membuat sebuah tulisan.

Ayolah, tidak-kah kita terpikir sejatinya menulis adalah bekerja untuk keabadian. Karena dengan menulis apapun kata-kata yang diucapkan atau hanya sekedar berkerubung dalam pikiran akan menjadikan kata-kata dan pikiran itu abadi karena sudah menjadi sebuah karya. Karya itu akan abadi karena sudah merasuk ke dalam pikiran orang lain, selalu ada kendatipun si penulis sudah terbaring dan hancur di dalam kubur, atau telah menjadi abu kremasi.



Ada konsep yang menarik dan patut terpatri dalam niat ketika ingin menulis dari orang Bule “Do what you write, Write what you do – lakukan apa yang ditulis, tulis apa yang dilakukan”. (Syarif Yunus, kompasiana.com – Tips Mengubah Jago “Ngomong” Jadi Jago Menulis - link ). Dengan demikian penulis membawa pada sudut pandang pribadi mestinya kita dapat menulis apa yang dilakukan dalam hal ini saat kita berkata-kata. Singkatnya tulis saja apa kata-kata kita ketika “Membacot”.

Jago berbicara sekaligus lihai menulis itu penting, karena selain dapat menyampaikan isi pikiran dengan terstruktur juga dapat membuat isi pikiran itu abadi dan mampu menyebar kemana saja dalam bentuk tulisan yang dibaca orang lain. Selanjutnya serahkan saja kepada pembaca tulisan yang kita buat untuk disampaikan lagi melalui kemampuan public speaking atau tulisan pribadinya. Semoga begitu, seperti lingkaran yang tak ada habisnya. Kalo bisa dimulai dari sekarang, kenapa tidak? Selesai Membacot, Mari Menulis!


Akhir kata. Tak masalah jika sekiranya baru unggul dalam kemampuan bicara dan belum sampai pada tahap menulis. Bahkan penulis pribadi juga belum begitu mahir dalam hal itu (kemampuan berbicara), tentunya penulis juga senang bisa diberi ilmu atau sedikit pengalaman dari teman-teman yang sudah diakui ahli dalam public speaking. Namun demi menghilangkan ganjalan di pikiran ini maka penulis mengajak agar kemampuan berbicara yang hebat juga harus disertai keterampilan menulis.

Ingat! Bacot harus terus berlanjut untuk menyampaikan kebenaran yang dapat membantu diri sendiri maupun orang lain, terlebih jika dapat membawa perubahan yang besar dan benar. Walau masih belum menuju tingkat “Menulis”.

Tentunya ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan opini ini, kritik dan saran pastinya diterima dengan tangan terbuka. Terima kasih telah berkenan membaca.


Oleh : Muhammad Ikhsan Hariadi (Ikhsan HD) – Seorang pemuda “cetek” yang ingin belajar terus menerus sampai mampus!

0 Response to "Selesai “Membacot”, Mari Menulis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel